Banjir Salah Satu Rusaknya Lingkungan Hidup Kita
Apa
wacana pagi ini? Apa terlalu pagi kita membicarakan masalah lingkungan hidup
yang terjadi di kota-kota besar seperti ibu kota tercinta Jakarta. Apa memang
kita terlalu dini pula melakukan tindakan antisipasi dari apa yang telah
diperbuat oleh ulah-ulah manusia yang tidak mempunyai hati nurani, bahkan kita
harus kejam dengan mengecam bagi para orang-orang yang telah merusak lingkungan
dengan sebutan manusia sampah. Atau malah kita yang terlalu terlena dengan alam
yang melimpah ruah loh jinawi, sehingga
kita seenaknya sendiri mengeksploitasi harta warisan nenek moyang dengan
semenah-menah demi kepentingan sendiri atau kepentingan politik.
Fakta
dapat kita saksikan secara langsung atau melalui layar televisi, Jakarta Kebanjiran.
Pertanyaannya, apa penyebab utamanya dan siapa
yang akan bertanggung jawab serta dimana letak hati nurani bagi para perusak
lingkungan dan apa yang akan mereka lakukann ketika dampak dari ulah mereka
sudah dirasakan bagi orang-orang tidak pernah memikirkannya.
Ya
berbicara banjir akibat rusaknya lingkungan pasti yang terbayang adalah sampah.
Memang tidak dapat kita pungkiri sampah memang salah satu penyebab banjir dan
rusaknya lingkungan sekitar. Sampah merupakan faktor kedua yang menjadi biang
keladi terjadinya banjir di Ibu Kota negara ini. Menurut laporan Bank
Dunia, jumlah sampah di Jakarta mencapai 7.896 ton per hari. Setiap penduduk
Jakarta, rata-rata membuang sampah padat 0,88 kg per hari. Dari jumlah
tersebut, hanya 83% sampah yang berhasil dikumpulkan, sisanya terbuang
mencemari lingkungan. Dari semua itu aliran sungai yang semestinya menjadi
tempat air mengalir menjadi tersumbat dan dangkal akibat sampah. Untuk itu mari
kita sadari dari diri masing-masing untuk tidak membuang sampah sembarang, dan
tetap menjaga lingkungan. Selain itu ada peran penting dari menteri lingkungan
hidup untuk tidak bosan-bosannya memberikan sosialisasi terhadap masyarakat
betapa pentingnya menjaga lingkungan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Berbagai
macam sampah, baik sampah organik maupun anorganik semuanya dapat diolah untuk
menjadi barang yang lebih bermanfaat. Namun hanya sebagian orang saja yang
mengetahui bagaimana caranya sehingga banyak warga yang membuangnya langsung di
saluran air. Sosialisai tentang 3R (Reduce, Reuse, and Recycle) pada
sampah yang telah menumpuk di sekitar masyarakat perlu digalakkan kembali guna
membangun pola pikir masyarakat yang peka terhadap lingkungan.
Dan
ketika banjir sudah terjadi mari kita sama-sama membuka kesadaran pada diri
masing-masing, menginstropeksi diri dan membenahi pola pikir untuk menjaga
lingkungan serta berfikir untuk mencari solusi. Ya berbicara siapa yang
bertanggung jawab terhadap bencana banjir ya jawbannya kita semua. Kita tidak
bisa menyalahkan pemerintah ataupun rakyat sendiri. Ini tanggung jawab bersama
untuk mencari solusi kedepannya untuk menjaga lingkungan sekitar. Karena ketika
ini dibiarkan dan dibiarkan lambat laun lingkungan hidup ini tidak akan pernah
berdamai dengan manusia-manusia buminya. Sehingga bencanalah yang akan terjadi.
Mari
kita sadari bahwa tanah adalah tempat peresapan air dikala musim kemarau. Dan pohon-pohon
adalah penyimpan udara dan mengurangi polusi udara yang semakin memburuk setiap
waktunya. Yang terjadi ketika tanah sudah tidak ada yang ada gedung-gedung
bertingkat, huta-hutan berganti dengan hotel dan villa, sungai berganti dengan
mall mewah atau malah sebuah apartemen yang menjulang tinggi. Perntanyaannya dimanahkah
air akan mengalir, dimanakah aior akan meresap, dimanah udara sejuk bisa kita
dapatkan. Dan jangan salahkan bila setiap saat bencana selalu menghantui kita.
Mulai
dari sekarang mari saling mnegingatkan untuk tidak menebang hutan, tidak
membuang sampah sembarang, mendaur ulang sampah menjadi barang yang bermanfaat,
mulai menanam pohon kembali dilingkungan sekitar dan melakukan reboisasi
hutan-hutan yang telah gundul. Dengan hidup yang apa adaya hidup kita sudah
terpenuhi dengan kekayaan alam kita yang bellum tentu negara lain mempunyainya.
Negara lain saja ingin seperti kita yang hijau dengan sejuta budayanya, kenapa
kita mala inginseperti mereka yang sehari-harinya seperti manusia robot yang
setiap apa yang mereka lakukan sudah ada jadwalnya dan peraturan. Budaya barat
hanya membodohi kita dengan kemewahannya.
Mari
kita jaga kelestarian lingkungan dan budaya ini!
Kalau bukan kita siapa lagi
Kalau tidak dari sekarang kapan
lagi
Art is green
Seja o primeiro a comentar
Posting Komentar