Pages - Menu

Kamis, 24 Januari 2013

Banjir Salah Satu Rusaknya Lingkungan Hidup Kita



Apa wacana pagi ini? Apa terlalu pagi kita membicarakan masalah lingkungan hidup yang terjadi di kota-kota besar seperti ibu kota tercinta Jakarta. Apa memang kita terlalu dini pula melakukan tindakan antisipasi dari apa yang telah diperbuat oleh ulah-ulah manusia yang tidak mempunyai hati nurani, bahkan kita harus kejam dengan mengecam bagi para orang-orang yang telah merusak lingkungan dengan sebutan manusia sampah. Atau malah kita yang terlalu terlena dengan alam yang melimpah ruah loh jinawi, sehingga kita seenaknya sendiri mengeksploitasi harta warisan nenek moyang dengan semenah-menah demi kepentingan sendiri atau kepentingan politik.

Fakta dapat kita saksikan secara langsung atau melalui layar televisi, Jakarta Kebanjiran.


Pertanyaannya, apa penyebab utamanya dan siapa yang akan bertanggung jawab serta dimana letak hati nurani bagi para perusak lingkungan dan apa yang akan mereka lakukann ketika dampak dari ulah mereka sudah dirasakan bagi orang-orang tidak pernah memikirkannya.


Ya berbicara banjir akibat rusaknya lingkungan pasti yang terbayang adalah sampah. Memang tidak dapat kita pungkiri sampah memang salah satu penyebab banjir dan rusaknya lingkungan sekitar. Sampah merupakan faktor kedua yang menjadi biang keladi terjadinya banjir di Ibu Kota  negara ini. Menurut laporan Bank Dunia, jumlah sampah di Jakarta mencapai 7.896 ton per hari. Setiap penduduk Jakarta, rata-rata membuang sampah padat 0,88 kg per hari. Dari jumlah tersebut, hanya 83% sampah yang berhasil dikumpulkan, sisanya terbuang mencemari lingkungan. Dari semua itu aliran sungai yang semestinya menjadi tempat air mengalir menjadi tersumbat dan dangkal akibat sampah. Untuk itu mari kita sadari dari diri masing-masing untuk tidak membuang sampah sembarang, dan tetap menjaga lingkungan. Selain itu ada peran penting dari menteri lingkungan hidup untuk tidak bosan-bosannya memberikan sosialisasi terhadap masyarakat betapa pentingnya menjaga lingkungan untuk tidak membuang sampah sembarangan. Berbagai macam sampah, baik sampah organik maupun anorganik semuanya dapat diolah untuk menjadi barang yang lebih bermanfaat. Namun hanya sebagian orang saja yang mengetahui bagaimana caranya sehingga banyak warga yang membuangnya langsung di saluran air. Sosialisai tentang 3R (Reduce, Reuse, and Recycle) pada sampah yang telah menumpuk di sekitar masyarakat perlu digalakkan kembali guna membangun pola pikir masyarakat yang peka terhadap lingkungan.

Dan ketika banjir sudah terjadi mari kita sama-sama membuka kesadaran pada diri masing-masing, menginstropeksi diri dan membenahi pola pikir untuk menjaga lingkungan serta berfikir untuk mencari solusi. Ya berbicara siapa yang bertanggung jawab terhadap bencana banjir ya jawbannya kita semua. Kita tidak bisa menyalahkan pemerintah ataupun rakyat sendiri. Ini tanggung jawab bersama untuk mencari solusi kedepannya untuk menjaga lingkungan sekitar. Karena ketika ini dibiarkan dan dibiarkan lambat laun lingkungan hidup ini tidak akan pernah berdamai dengan manusia-manusia buminya. Sehingga bencanalah yang akan terjadi.

Mari kita sadari bahwa tanah adalah tempat peresapan air dikala musim kemarau. Dan pohon-pohon adalah penyimpan udara dan mengurangi polusi udara yang semakin memburuk setiap waktunya. Yang terjadi ketika tanah sudah tidak ada yang ada gedung-gedung bertingkat, huta-hutan berganti dengan hotel dan villa, sungai berganti dengan mall mewah atau malah sebuah apartemen yang menjulang tinggi. Perntanyaannya dimanahkah air akan mengalir, dimanakah aior akan meresap, dimanah udara sejuk bisa kita dapatkan. Dan jangan salahkan bila setiap saat bencana selalu menghantui kita.

Mulai dari sekarang mari saling mnegingatkan untuk tidak menebang hutan, tidak membuang sampah sembarang, mendaur ulang sampah menjadi barang yang bermanfaat, mulai menanam pohon kembali dilingkungan sekitar dan melakukan reboisasi hutan-hutan yang telah gundul. Dengan hidup yang apa adaya hidup kita sudah terpenuhi dengan kekayaan alam kita yang bellum tentu negara lain mempunyainya. Negara lain saja ingin seperti kita yang hijau dengan sejuta budayanya, kenapa kita mala inginseperti mereka yang sehari-harinya seperti manusia robot yang setiap apa yang mereka lakukan sudah ada jadwalnya dan peraturan. Budaya barat hanya membodohi kita dengan kemewahannya.

Mari kita jaga kelestarian lingkungan dan budaya ini!

Kalau bukan kita siapa lagi
Kalau tidak dari sekarang kapan lagi
Art is green

Seja o primeiro a comentar

Posting Komentar

Bego sih, Ini Lampung yai ©Template Blogger Green by Dwie Setia.

Mentariku