Cita dan Cinta Untuk Ukir Sejarah
serasa tak jauh aku taruh disana...
dan disana ya
disana lah dia duduk sambil membuka
bibir rasa
delimanya, tangan terbuka dibawah
secangkir anggur
merah, berwarna selendang tergerai
dari empat arah,
lirih berbisik sebelah kanan
telinga kamu
bisa, dengan berjalan bersusah payah dan
tak kenal apa
itu lelah, aku membuka jalan baru
tebentang ranting-ranting
yang menghalang, kupangkas
lewat retorika
cita dan cinta, aku tengok kebelakang
yang sering
dibilang bahagia, luka, kecewa. entahlah
apa namanya, kau
akan akan merasakannya ketika sampai
dihadapannya dan
enggan menutup mata saat kau
dapat
menggenggamnya dan melihat tatapan sumringa bak
putri raja dari
tujuh puncak gunung tertinggi di dunia.
Dan berkata
semua ini nyata bukan fiktif belaka
Karena kata itu ada,
ada kata untuk bermimpi disana.
Metro,
3 oktober 2012
Sekretariat
Teater Mentari UM Metro
Seja o primeiro a comentar
Posting Komentar